Monday 16 July 2012

Komentar Ulama dan Tokoh terkait Syiah di Tubuh NU

KH. Muhyiddin Abd. Shomad,
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (NURIS), Antirogo Jember

“Saya tidak merasakan aroma Syiah di tubuh NU. Saya melihat ada orang yang blank, tidak nyambung, antara persepsi para petinggi NU dan realita. Kalau kemudian ada orang yang menduga bahwa para petinggi NU terpengaruh Syiah, masih perlu dibuktikan. Tetapi yang jelas, menurut saya, ini bukan infiltrasi. Akan tetapi, miskomunikasi antara petinggi NU dengan warganya. Realita di lapangan, warga NU itu eksodus, dan mayoritas eksodusnya ke Syiah. Kasus di Karanggayam, Omben, Sampang, bisa menjadi bukti akan hal ini. Di sana, ada sekitar 400 warga NU, dan di Bluuran, ada sekitar 500 warga NU, semuanya eksodus ke Syiah. Padahal, Tajul bekerja menyebarkan Syiah cuma 5 tahun, yakni antara tahun 2005 sampai 2011. Coba kita bayangkan, kalau hanya dalam 5 tahun satu orang saja bisa mendapat pengikut sebanyak ini, gimana kalau lebih dari itu?.”
“Saya tahu Said Agil yang membela dan sering hadir dalam ritual-ritual Syiah serta mengekspresikan diri sebagai orang Syiah. Masalah beliau Syiah atau bukan, ini masih perlu dibuktikan. Akan tetapi, saya tidak habis pikir mengapa beliau seperti itu. Padahal, berbagai aliran yang ada harus kita sikapi sama, misalnya Wahabi, Ahmadiyah, dan Syiah. Artinya, kita memberi tahu kepada warga kita bahwa aliran-aliran itu menyimpang dari koridor Ahlussunnah Waljamaah.”

Share:

Sunday 15 July 2012

Sang Oportunis NU yang Kesiangan

“Maka tidaklah disebut mazhab pada masa saat ini kelompok dengan kriteria-kriteria sifat yang telah disebut tadi, kecuali hanya mazâhibul-arba’ah’ (yaitu mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam asy-Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal). Selain dari yang empat itu, seperti mazhab Syiah Imamiyah dan Syiah Zaidiyah, maka mereka adalah ahlul-bid’ah yang tidak boleh berpegang pada pandangan-pandangan mereka”

Hadratusy-Syekh K.H. Hasyim Asy’ari (1292-1366 H/1875-1947 M)
dalam karyanya, Risâlah fî Ta’akkudil-Akhdzi bil-Madzâhib al-Arba‘ah, hal. 29.

Seorang simpatisan NU pernah bertanya, “Mengapa dalam NU itu sering terjadi perbedaan mengenai sikap dan prinsip ke-NU-annya? Yang satu mengatakan ini, yang lainnya berkata itu. Apakah NU sudah tidak Ahlussunnah, sebab orang-orang dalam organisasinya sudah tidak berjamaah lagi?”
Share: