Pengasuh Pondok
Pesantren Nurul Islam (NURIS), Antirogo Jember
“Saya tidak merasakan aroma Syiah di tubuh NU. Saya melihat ada
orang yang blank, tidak nyambung, antara persepsi para petinggi NU dan
realita. Kalau kemudian ada orang yang menduga bahwa para petinggi NU
terpengaruh Syiah, masih perlu dibuktikan. Tetapi yang jelas, menurut saya, ini
bukan infiltrasi.
Akan tetapi, miskomunikasi antara petinggi NU dengan
warganya. Realita di lapangan, warga NU itu eksodus, dan mayoritas eksodusnya
ke Syiah. Kasus di Karanggayam, Omben, Sampang, bisa menjadi bukti akan hal
ini. Di sana, ada sekitar 400 warga NU, dan di Blu’uran, ada sekitar 500 warga NU, semuanya
eksodus ke Syiah. Padahal, Tajul bekerja menyebarkan Syiah cuma 5 tahun, yakni
antara tahun 2005 sampai 2011. Coba kita bayangkan, kalau hanya dalam 5 tahun
satu orang saja bisa mendapat pengikut sebanyak ini, gimana kalau lebih dari
itu?.”
“Saya tahu Said Agil yang membela dan sering hadir dalam
ritual-ritual Syiah serta mengekspresikan diri sebagai orang Syiah. Masalah
beliau Syiah atau bukan, ini masih perlu dibuktikan. Akan tetapi, saya tidak
habis pikir mengapa beliau seperti itu. Padahal, berbagai aliran yang ada harus
kita sikapi sama, misalnya Wahabi, Ahmadiyah, dan Syiah. Artinya, kita memberi
tahu kepada warga kita bahwa aliran-aliran itu menyimpang dari koridor Ahlussunnah
Waljamaah.”
Ketua Organisasi
Yayasan Albayyinat, A’wan Syuriyah PWNU Jatim
“Meminjam istilah dan sikapnya Kiai As’ad,
sebaiknya warga Nahdhiyin itu harus mufâraqah dengan
pimpinan-pimpinannya. Kiai As’ad bilang
seperti ini dulu. Sampai sekarang pun juga sama. Sudah saatnya warga NU itu
mengumumkan MOSI tidak percaya pada pimpinannya (Said Agil Siraj, red), karena ia telah keluar dari ajaran yang
digariskan oleh pendiri NU sendiri. Tidak hanya kepada Said Agil Siraj saja,
tapi pada semua pimpinan NU yang sama seperti dia, kita harus mufâraqah.”
“Maka dari itu, tulislah dan sebarkan segala sesuatu yang
menguntungkan Ahlussunnah Waljamaah, jangan malah yang menguntungkan mereka. Gak usah takut ente!.”
Ketua Aswaja Bangil
dan Pengamat Syiah
“Kalau masalah penyusupan itu memang jelas-jelas ada. Bahkan itu
ada sejak dulu. Terutama penyusupan mereka lewat media. Televisi, radio,
internet, telah mereka kuasai semuanya. Tidak hanya lewat media saja, mereka
juga menyusup lewat dunia pendidikan. Orang-orang lemah di kalangan NU yang
tidak sanggup membiayai pendidikan, mereka menyediakan dana yang jadi beasiswa.
Beasiswa ini datangnya di-remote dari Iran. Mereka mengucurkan dana
bermiliar-miliar dari sana.”
“Jadi, mereka itu sudah masuk di semua lini. Kalau dalam masalah
dakwah, kalah kita. Baru-baru ini, saya telah membaca majalah Aula yang
isinya tentang Syiah. Waduh, pokoknya kalau masalah penyusupan, mereka
itu sudah bergerak di semua lini, terutama media!”.
Ulama Kharismatik, Kritikus, dan Pengkaji
ASWAJA
“Takrif Ahlussunnah WalJamaah diambil dari sabda
Nabi, ‘Mâ anâ ‘alaihi wa ashhâbi’. Kata mâ di sini
adalah ajaran yang dilalui oleh Rasulullah r, dan wa ashhâbi
adalah ajaran yang dilalui oleh sahabat Nabi. Dalam satu bukunya, Said Agil menganggap definisi Ahlussunnah Waljamaah ini sudah tidak relevan, bahkan ia membuat definisi sendiri yang malah membuatnya jadi berantakan.”
“Said Agil menulis begini, “Oleh karena itu, menurut hemat penulis,
Ahlussunnah sebenarnya bisa didefinisikan sebagai berikut: Ahlussunnah adalah
orang-orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang
berlandaskan asas, dasar-dasar moderasi, menjaga keseimbangan dan toleransi’.”
“Jadi, dasar-dasar Islam–menurut Said Agil–berasal dari yang tiga itu, bukan al-Qur’an, Hadis, dan ijmak sehingga, dari definisi
ini, semua aliran (bahkan aliran sesat, red) nanti bisa masuk. Ini adalah salah satu bukti bahwa ia (Said
Agil) mengobrak-abrik faham Ahlussunnah Waljamaah.”
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Wahdah, Lasem,
Rembang, Jawa Tegah
(www.nahimunkar.com)
Ketua LBM NU Jember
dan Anggota MIUMI Pusat
“Menurut saya, pernyataan Said Agil bahwa Syiah itu tidak sesat
adalah pendapat pribadi, bukan atas nama NU, walaupun kapasitas beliau sebagai
Ketua Umum. Kiai Hasyim sudah tegas dawuh dalam kitab-kitab beliau bahwa
Syiah sesat. Bisa jadi Said Agil tidak paham tentang Syiah, dan bisa jadi beliau mewakili Syiah di tubuh
NU. Karena banyak berdekatan dengan orang-orang Syiah lalu dapat uang dari
mereka, akhirnya pandangannya ikut Syiah. Jadi, semacam oportunis. Kalau dia dikatakan
sebagai penyusup terlalu radikal, lebih tepatnya dikatakan Oportunis. Dalam
berbagai tulisannya sering memakai logika dan paradigma Syiah, lalu mengatakan
ini adalah paradigma Ahlussunnah Waljamaah. Casing yang digunakan adalah Ahlussunnah, tapi software-nya adalah Syiah.”
“Kalau secara kelembagaan, NU tidak terpengaruh Syiah, tapi
kalau secara individu ada yang terpengaruh. Orang Syiah tidak harus 100% Syiah,
tapi ada juga yang tasyayyu’”.
Wawancara Fauzan al-Farisi, Salman al-Farisi,
dan M. Sholeh
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar! '-'