Syukurlah, kita bisa menikmati kearifan negeri
ini. Sebuah kearifan yang dapat menenangkan pikiran dan hati dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Kita bisa
merasakan estetika dan keindahan budaya dan nilai-nilai Bangsa Indonesia yang
telah terpahat berabad-abad yang silam, dimulai pada masa animisme-dinamisme,
lalu masa Hindu-Budha, kemudian masa Islam. Budaya dan tradisi lokal Bangsa
kita telah berakulturasi dengan Islam, dan akhirnya terbentuklah budaya dan tradisi
Indonesia, made in Indonesia. Alhamdulilllah, merupakan nikmat amat berharga
yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Indonesia.
Namun, alangkah ruginya jika anugerah dari
Allah ini tidak disyukuri. Alih-alih bangsa kita iri kepada Barat karena budaya
saintisnya yang hanya melihat fisik dan materi, mengedepankan nalar-logis,
mengesampingkan mistitisme dan hal-hal transenden. Agama (baca: metafisik)
dianggap sebagai mitos yang harus dikubur dalam-dalam hingga tak berbekas.
Meski Bangsa kita memiliki budaya dan tradisi yang tertata lebih apik daripada
budaya dan tradisi Barat, entah mengapa kita tertarik pada pandangan hidup
rasionalisme, pragmatisme, empirisisme, dikotomisme, dan sekularisme, yang
semuanya merupakan worldview Barat yang mengakar dan tumbuh di sana.
Pandangan hidup Barat berat sebelah, hanya
mengedepankan akal terhadap alam fisik yang bisa dipanca indra. Keuntungan dan
keberhasilan harus diperoleh secara instan di dunia. Berbeda dengan pandangan
hidup bangsa kita yang seimbang. Pandangan hidup kita mencakup aspek dunia dan
akhirat. Aspek dunia harus memiliki keterkaitan dengan aspek akhirat. Dan aspek
akhirat dipandang sebagai yang final.
Dan buahnya, hari-hari kita tidak lepas dari
aroma dan suasana religius. Dengan kreatif, kita bisa menenggelamkan diri dalam
kehangatan dan ketenangan bersama yang Maha Ada. Sehingga, hati dan batin kita
senantiasa tentram, tidak kering dan gersang layaknya pada pasir di musim
panas. Pekerjaan dan amal duniawi yang kita lakukan berbarengan dengan ma’unah
dan rida Allah sehingga membuahkan pahala akhirat.
Ini merupakan suatu kelebihan, bisa memperoleh
kedua-duanya sekaligus; dunia dan akhirat. Barat hanya bisa mendapatkan satu,
aspek dunia saja. Dengan demikian, lantas mengapa kita iri terhadap mereka?
Sedangkan apa yang kita miliki lebih lengkap daripada apa yang mereka miliki?
Waqalîlun min ‘ibâdiya asy-Syakûr. Memang, sedikit hamba Allah yang mau bersyukur.[]
hadir ya gan :)
ReplyDelete