Sunday 3 March 2019

Hakikat Dakwah

Pada suatu waktu, seorang guru menjelaskan kepada murid-muridnya tentang bahaya rokok dengan penuh semangat dan gairah, bahkan mungkin sampai mulutnya berbusa-busa. Pada waktu istirahat sekolah, guru tersebut duduk-duduk di bawah pohon lalu secara enjoy merokok sambil ditemani secangkir kopi dan sepiring pisang goreng. Apakah penjelasan panjang lebar tentang bahaya rokok tadi punya arti bagi murid-murid?
Jangan dijawab.
Lebih-lebih murid-murid menemukan bahwa merokok merupakan tradisi di lingkungannya: putung rokok berserakan di mana-mana; dalam kongko dan bincang-bincang orang-orang ber-hos-hos-hos-ria. Semua teori tentang bahaya rokok tadi tambah dan semakin tak berguna.
***
Suatu waktu, Kiai Ahmad Dahlan memandikan anak-anak jalanan yang nakal. Beliau dicibiri oleh orang-orang, juga dirasan-rasani. Apa untungnya coba, melakukan pekerjaan semacam itu?
Orientasi beliau bukan untung-rugi: beliau memandikan anak jalanan dengan ikhlas, tanpa mengharap kompensasi materialistis dan pujian apa-apa. Lantas, beliau sedang apa?
Beliau sedang berdakwah. Dakwah itu, pengorbanan.
Ada lagi. Seorang kiai punya santri amat bandel. Pelanggarannya tidak tanggung-tanggung: mabok. Extraordinary crime menurut pak kiai. Pagi-pagi santri ini pasti keluar dari kawasan pondok. Untuk bisa bermabok-ria di lingkungan yang sepi dari pengawasan kiai dan pengurus pesantren. Kumpul dengan preman-preman jalanan.
Berulang kali pengurus pesantren memberinya takzir dan tindakan. Mulai dari menulis kalimat astaghfirullahal-'adzim sebanyak 1000 kali di bawah terik matahari, sampai digundul dan dipukuli pakai penjalin. Jangan tanya kenapa berbagai hukuman tidak jua manjur, tidak jua membuatnya jera. Jangan tanya.
Pak kiai turun tangan. Malam-malam sehabis si santri bermabok-ria, beliau memanggilnya. Beliau memerintahkan santri itu dengan nada sopan untuk tidur di kamar pribadinya pak kiai. Karena si santri mabok kepayang, dia manut saja. Kiai mengemulinya dengan selimut setelah memberi makan, minum, dan obat.
Pagi menjelang. Sekitar pukul tujuh, si santri bangun dan kaget mendapati dirinya berada di atas ranjangnya al-mukarram pak kiai. Tidak shalat shubuh pula.
Akan tetapi, apa efeknya?
Semenjak saat itu, si santri taubat, tidak pernah mabok lagi, selalu mengaji dan acap menghadiri pelaksanaan shalat berjamaah di masjid.
Ini dakwah.
Ada orang mengantuk. Dia tidak langsung naik ke atas ranjang, memeluk guling, dan kemulan selimut. Tidak! Melainkan, dia lebih dulu pergi ke kamar mandi. Selepas membuang air kecil, berwudhu. Kemudian, baru naik ke ranjang tidur. Menghadap kiblat meniduri lambungnya yang sebelah kanan (janbihi al-ayman). Lalu, dia melafalkan ayat kursi, al-mu'wwidzatain, dan ditutup dengan bismi-Kal-Lahumma ahya wabismi-Ka amutu, atas nama-Mu aku hidup, dan atas nama-Mu aku mati.
Karena secara istikamah setiap hendak tidur dia melakukan ini, pasti ada orang yang melihatnya, pasti ada yang meneladani cara tidurnya.
Ini dakwah.
Ada orang sabar. Dicemooh orang, sabar. Berulangkali hatinya disakiti, sabar. Cemoohan tidak dibalas cemoohan pula. Tapi dibalas dengan senyum atau diam.
Ini juga dakwah.
Pernah suatu waktu, seseorang mengeluhkan anaknya yang suka sekali minum dan makan yang manis-manis, hingga menyebabkan anaknya mengidap penyakit kencing manis. Dia matur kepada pak kiai.
"Pak yai, gimana ini anak saya? Berilah saya amalan supaya anak saya berhenti mengonsumsi gula."
Pak kiai tidak menjawab, tetapi memberi pertanyaan balik kepada orang itu, "Apakah kamu suka ngopi?"
"Ya", jawab orang itu.
"Sering ngopi?"
"Njih pak yai. Dalam sehari saya bisa menghabiskan dua gelas kopi".
"Inilah masalahnya!"
"Loh, kenapa, pak yai?"
"Begini", jelas pak kiai, "kamu silakan terus minum kopi, asal jangan pakai gula. Kalau nyuruh anak untuk berhenti mengonsumsi gula, sedangkan kamu masih mengonsumsi kopi pakai gula, kendati kamu nyuruh-nyuruh anak sampai mulut kamu berbusa pun, suruh-suruhanmu tidak akan manjur".
Apakah perintah si bapak kepada anaknya ini adalah dakwah? Ya, dakwah. Akan tetapi, di dalam dakwah, terkadang berteori saja menjadi tidak ada apa-apanya manakala tidak disertai keteladanan.
إذا كان رب البيت للطبل ضارب # فلا تلم الصبيان فيه على الرقص
Jika pemilik rumah gemar menabuh gendang, jangan salahkan jika anak-anak di rumah itu suka menari.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar! '-'